Let’s Go..Blog..!! He…He..!!

Ajang komunikasi untuk semua sahabat dari sahabat-sahabatnya sahabat-sahabat saya..!!

Mengejar Waktu karena Dikejar Waktu….!, Menjadi Makhluk yang terburu-buru..!!

Posted by Let'sGo on Tuesday, 8 July, 2008

Sungguh..tidak salah kalau kita dikenal sebagai makhluk yang terburu-buru..!!

Di jaman yang dikatakan modern ini, kata ‘modern’ itu sendiri cenderung berkonotasi ‘serba lebih’, ya bisa lebih besar, lebih kecil, lebih cepat, lebih praktis, lebih instant, dst..dst..pokoknya ‘lebih’ dari kondisi, standar, atau keluaran sebelumnya.

Hal seperti ini mau tidak mau semakin menjerat kita masuk kedalam suatu kondisi yang dikatakan sebagai ‘kehidupan yang tidak dapat menikmati kehidupan’. Adanya kesepakatan yang semakin meluas di masyarakat umum dunia bahwa ‘ketertinggalan’ adalah bahaya yang mengancam setiap bangsa, setiap wilayah, setiap komunitas, setiap keluarga, dan setiap individu….!! pada akhirnya membentuk suatu pola pikir ‘seragam’ yaitu bahwa untuk menjadi sang pemenang dalam lomba yang tidak ada ujungnya ini adalah yang mampu menguasai kondisi ‘serba lebih’ tadi.

Ini kemudian kita jadikan perilaku turun-temurun dengan penularan yang sangat intensif antar generasi. Orang tua kita pernah mendengar dari kakek kita, dan kita mendengar dari orang tua kita, lalu kita tanpa pikir panjang menyampaikannya kepada anak-anak kita..!! semua kata-kata yang seolah-olah sangat bijak tetapi tersimpan racun ‘beban’ yang semakin besar, kata-kata seperti ‘kamu harus lebih baik dari bapak’, ‘biarlah bapak orang tidak punya, tapi kamu harus berhasil menjadi orang yang sukses’, ‘kamu harus ranking satu di sekolah’, ‘kamu harus masuk universitas negeri favorit’, ‘kamu harus punya gelar lebih tinggi daripada keluarga kita yang lain’…dst..dst.

Tanpa disadari, dalam perjalanan waktu yang sebenarnya merupakan ‘konstanta’ yang dari awal terjadinya bumi ini tetap berdaur ’24 jam’, hampir disemua lini kehidupan ini, kita merasakan kekurangan waktu..!!, mengejar waktu..!!, dan dikejar waktu..!!. Fenomena ini yang tidak terlihat ‘sebagai dampak’ dari pacuan kata-kata bijak/nasehat generasi diatas kita tadi..!!. Suatu saat nanti tentu akan ada ‘stagnant point’ dimasing-masing pacuan tersebut. Seperti ‘Rekor Dunia’ lari 100 m..kan tidak mungkin mencapai angka -0,1 detik.

Marilah kita coba untuk ‘flash back’ sejenak ke angka 60 tahun yang lalu, saat itu betapa kehidupan seseorang yang memegang ijazah ‘SMA’ sudah mampu hidup dengan ‘menikmati hidup’, dan Sarjana S-1 adalah barang langka yang jadi idola setiap calon mertua..!! bahkan probabilitasnya untuk menjadi pemimpin negara ini..bisa mendekati angka 100%. Sehingga pacuan saat itu adalah meraih ‘S-1’, sehingga hampir semua anak saat itu bila ditanya akan bercita-cita menjadi ‘dokter’ atau ‘insinyur’.

Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin intensifnya perlombaan ‘serba lebih’, maka lembar ijazah ‘SMA’ menjadi suatu yang sangat biasa, dan memudar kharismanya, dan menjelang millenium mulai muncul idola baru yaitu ‘S-2’ dengan berbagai bentuk varietas hurufnya seperti MBA, MM, DLL…!!.

Tanpa disadari ini kemudian muncul sebagai garis finish baru bagi para ‘pelari’ yang sebelumnya sudah merasa menang dengan garis finish ‘S-1’ dan tiba-tiba dikalahkan oleh sudut pandang umum yang selalu mencari ‘serba lebih’ tadi. Maka, diseluruh bagian dunia ini, dipersiapkan aturan pertandingan baru untuk para ‘pelari’ ini dalam bentuk berbagai institusi pendidikan dengan tingkatan yang dikatakan ‘lebih tinggi’ dan perlu dibuat ‘ilmu-ilmu’ , ‘sudut pandang’, dan ‘istilah’ baru untuk hal yang sebenarnya ‘sama saja’.

Para pebisnis ‘pendidikan’ ini dengan bangga menyiapkan berbagai ‘kurikulum’ dengan saling meng’copy’ satu sama lain, sehingga akhirnya tidak diketahui lagi ‘siapa’ mengikuti ‘siapa’ yang penting bisa dikatakan sebagai ‘metoda baru yang canggih’. Padahal ini cuma pertukaran ‘istilah’ seperti ilmu ekonomi menggunakan berbagai doktrin militer, dan ilmu militer mulai berorientasi ekonomi. Dan ini adalah keadaan yang sudah ada dari jaman pra-sejarah, ‘munculnya militerisme’ bertujuan dan berawal dari persoalan ekonomi, sedangkan interaksi pengendalian militerisme menimbulkan ilmu politik, ilmu hukum, ketatanegaraan, sosiologi, geography, dst..dst yang pada hakikatnya akarnya akan kembali ke fenomena ingin ‘serba lebih’ tadi.

Contoh nyata yang lain adalah yang saat ini kita alami disini..!!, di kota Depok kita ini. ‘Flash back’ 60 tahun yang lalu, maka ‘kehidupan yang menikmati kehidupan’ rasanya masih merata di wilayah ini, dengan pola hidup bukan ‘kembali ke alam’ tetapi memang benar-benar ‘bersama’ alam. Sedangkan saat ini dengan jargon ‘pengembangan’ dan ‘peningkatan’ wilayah Depok menjadi kota ‘modern’ maka yang terjadi sebenarnya justru ‘penyempitan’ dan ‘penurunan’ kualitas kehidupan.

Cobalah kita ingat kembali, dulu di Depok ini jelas tidak ada hunian dengan type 21, 27, dan bahkan type 45 sekalipun. Di daerah Depok lama jelas terlihat rumah-rumah peninggalan Belanda yang justru rasanya lebih mengerti bagaimana caranya mendesain bangunan untuk iklim tropis dengan jendela-jendela besar dan dinding serta plafon yang tinggi, sehingga tetap sejuk dan punya sirkulasi udara yang baik. Para ‘Van – Van’ ini jelas tidak mengenal dan mungkin malah alergi dengan istilah ‘modern minimalis’.

Tempo doeloe, untuk pergi kerja ke Jakarta, walaupun dengan transportasi kereta ‘gerbong kayu’ sampai Manggarai, ataupun dengan ‘oplet si Doel’ sampai Pasar Minggu, warga Depok masih bisa berangkat dari rumahnya sekitar pukul 7.00 pagi, nah bandingkan dengan keadaan sekarang ini yang mengharuskan banyak orang Depok untuk berangkat kerja diiringi dengan suara Adzan Subuh..!!, jelas kedua kondisi ini bukan bukan ‘pengembangan’ dan ‘peningkatan’ melainkan ‘penyempitan’ dan ‘penurunan’ kualitas kehidupan, serta pada gilirannya justru akan menimbulkan kemerosotan produktifitas.

Yang kemudian menjadi pertanyaan besar..!!? , apakah pacuan ‘serba lebih’ ini yang akan kita terapkan dan wariskan kepada generasi Depok berikutnya..!!, apakah tolok ukur dari para ‘Pengoeasa Van Depok’ hanyalah pembangunan fisik saja..?, bukankah ‘hakikat’ dari suatu kehidupan adalah ‘ketenangan’ hati ?, pernahkah terlintas..dibenak ‘Pengoeasa’ ataupun ‘LSM’ yang tersentuh untuk membuat survey mengenai ‘ketenangan’ hati warga Depok dalam menghadapi keadaan dan kondisi wilayah ini yang makin ‘menghimpit’ ?. Karena ‘hikmah’ dari berbagai ‘upaya/ikhtiar’ adalah bertujuan untuk meraih ‘ketenangan’ dan tentunya lawan dari ‘Jiwa’ yang terburu-buru adalah ‘Jiwa’ yang tenang.

Sebatas pengetahuan saya yang minim, sebagai seorang Muslim bodoh, yang didambakan adalah bila suatu saat nanti di hari akhir kami akan dipanggil dengan seruan ‘Wahai jiwa-jiwa yang tenang..!!’, Amiin..

Posted in Depok | Tagged: , , , , , , | Leave a Comment »

Budidaya Pohon Rosella yang lagi ngetrend

Posted by Let'sGo on Sunday, 6 July, 2008

Saat ini terutama didaerah depok, sedang populer teh bunga rosella (seharusnya buah rosella/roselle calyces) rata-rata dijual dalam keadaan kering dan dikemas dalam bungkus plastik antara 25gr s/d 50 gr dengan harga berkisar antara Rp.10.000,- s/d Rp.25.000,- per bungkus.

Teh Rosella ini rasanya asam segar dan berwarna merah cerah, jadi sangat nikmat kalau diseduh dengan dibubuhi gula pasir atau madu. Caranya bisa dengan air panas dari dispenser, lalu ditutup dulu sekitar 5 menit agar warna merahnya sempurna, baru kemudian diaduk. teh ini bisa diminum hangat-hangat atau diminum dingin dengan es.

Menurut literatur penelitian yang dilakukan ahli nutrisi dan herbal diluar negeri, teh buah rosella merah ini banyak mengandung manfaat pengobatan sehingga baik untuk dikonsumsi sehari-hari sebagai pengganti teh biasa atau kopi. Kadar vitamin A, B, dan C dari Rosella ternyata jauh lebih tinggi dari buah-buahan lainnya. Selain itu buah Rosella ini juga mengandung kadar kalsium yang tinggi yang sangat membantu dalam mencegah osteoporosis.

Berdasarkan penelitian tersebut, Rosella dikatakan dapat membantu proses penyembuhan berbagai penyakit degeneratif termasuk diabetes (diminum tanpa gula), kolesterol, menstabilkan tekanan darah, menstabilkan berat badan (artinya kalau kegemukan jadi langsing, kalau terlalu kurus bisa jadi normal berat badannya), kadar kalsiumnya yang tinggi membantu mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis), membantu pertumbuhan tulang dan gigi bagi anak-anak dan remaja dalam masa pertumbuhan.

Selain itu Rosella juga mengandung berbagai mineral dan asam amino essential yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh dan dikatakan bahwa dengan mengkonsumsi rosella secara rutin setiap hari dapat membantu meningkatkan gairah dan vitalitas pria/wanita, menghaluskan kulit, menyuburkan rambut, dan berbagai khasiat lainnya.

Tentunya kita jadi bertanya-tanya, apa iya segitu banyaknya manfaat dari buah Rosella ini?

Kalau menurut pengalaman pribadi saya yang sudah rutin mengkonsumsi buah Rosella ini baik yang sudah dikeringkan maupun yang masih segar, memang terasa bahwa badan menjadi lebih segar dan penuh vitalitas. Bila malam harinya minum teh rosella ini satu gelas penuh dicampur dengan gula merah (gula enau / gula kelapa) dan kuning telor ayam kampung, maka hasilnya adalah joss….joss….joss…he…he…he…!!

TIga sampai empat ronde tanpa istirahat…terlampaui dengan sukses..!! dan paginya badan terasa tetap segar dan bersemangat, jadi kadang masih nambah satu ronde lagi sebelum mandi…!!

Selain itu saya punya kecenderungan kadar gula darah tinggi, lever yang lemah, dan kecenderungan asam urat dan tekanan darah tinggi, tapi setelah konsumsi secara rutin teh Rosella ini, dan saya periksakan di Lab maka hasilnya semua kondisi fisik sudah stabil dan normal.

Semua hal tersebut diatas membuat saya kemudian mulai serius untuk memperhatikan seluk beluk pohon Rosella ini..!!. Saya mulai mencari berbagai literatur mengenai Rosella, termasuk mencoba untuk menanam Rosella di halaman rumah saya.

Tadinya ternyata cukup sulit untuk mencari bibit Rosella, saya cari-cari di penjual tanaman hias tidak ada, setelah beberapa lama akhirnya saya dapat benih berupa biji Rosella yang berasal dari India dan Mesir. Kedua-duanya saya semaikan di kotak persemaian dengan media tanam berupa campuran sekam bakar, kompos, pakis hancur, dan pasir malang dengan perbandingan masing-masing 25%. Oh..iya, sebelum disemaikan ke media tanam tersebut, biji buah Rosella itu saya rendam dulu sekitar 2 s/d 3 jam lalu ditiriskan dan saya simpan dalam tempat plastik yang dialasi kapas basah. (rata-rata kita pernah dapet tugas seperti ini disekolah dulu.(SD)..dengan kacang hijau sampai berkecambah..iya khan).

Nah…setelah biji Rosella itu mulai berkecambah, baru dipindahkan kekotak semai yang sudah disiapkan tadi, dan setelah sekitar 2 s/d 5 hari maka benih Rosella itu mulai tumbuh dengan dua daun. Simpan kotak semai tadi ditempat yang hanya terkena sinar matahari pagi s/d sekitar jam 10.

Setelah sekitar 12 hari berada dikotak semaian, pohon Rosella sudah dapat dipindahkan ke polybag atau ke pot (polybag atau pot dengan diameter 15 s/d 20 cm cukup ideal). Penanaman Pohon Rosella didalam polybag atau pot dapat dilakukan sampai pohon Rosella menjadi dewasa, tetapi tentu akan terhambat pertumbuhannya, apalagi bila untuk dikonsumsi maka Rosella diharapkan dibudidayakan secara organik tanpa pestisida maupun pupuk kimia.

Bila anda punya lahan/halaman yang cukup, maka sebaiknya Rosella yang ada di pot atau polybag dapat dipindahkan ke lahan pada umur 60 hari dari semaian dengan jarak tanam sekitar 80cm s/d 100cm per tanaman.

Pohon Rosella ini yang dari benih India akan punya warna buah Rosella berwana merah cerah dengan bunga berwarna putih kemerahan, sedangkan benih dari Mesir/Sudan, buahnya berwarna merah maroon keunguan (lebih dikenal dengan nama Rosella Ungu yang lebih tinggi khasiatnya) dengan bunga berwarna pink tua.

Wah..nggak terasa..udah panjang nih ceritanya…!!

Buat sahabat-sahabat semua yang punya pengalaman berkaitan dengan Teh Buah Rosella maupun budidayanya silahkan beri masukan supaya bisa bermanfaat bagi semuanya..!!

Kalau ada yang butuh biji Rosella untuk ditanam dalam skala kecil di halaman..!! termasuk copy kliping mengenai Rosella, bisa kontak saya.. di mth.depok@gmail.com, paling tolong gantiin aja ongkos kirimnya…tks.Slurping Tea

Posted in Depok, Khusus Depok, sekitar, Yang Umum | Tagged: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | 39 Comments »

Penataan lingkungan Depok, akankah jadi Jakarta berikutnya..?

Posted by Let'sGo on Saturday, 5 July, 2008

Dulu..sekali waktu saya SD sampai SMP sekitar tahun 75 s/d 80 saya tinggal di Tebet, dan saat itu kalau denger kata Depok.., itu artinya piknik cari buah-buahan. Waktu itu jalan ke Depok masih sempit tapi indah karena mulai dari Pancoran kearah Pasar minggu sampai ke Depok dikiri-kanan jalan masih sering terlihat sawah. Kalau hari Minggu sering saya dan beberapa temen pergi ke Depok naik oplet ala Si Doel dari Pasar Minggu, atau naik kereta ‘ngebul’ jurusan Bogor.

Perjalanan dari Tebet ke Depok saat itu benar-benar bisa dinikmatin, sama sekali tidak ada yang namanya ‘macet’ apalagi pake ‘total’, masih ada becak, delman, dan kadang-kadang cikar sapi. Gimana mau macet, yang di Jakarta aja lalulintas masih sangat lancar terkendali..!!

Saat itu stasiun kereta di Depok cuma satu dan bergaya jadul, keretanya juga kereta jadul dengan gerbong kayu yang ternyata justru jauh lebih ‘aman’ daripada KRL dan KRD saat ini, ngga’ ada cerita duduk diatap gerbong apalagi ‘kesetrum sampai hangus’. Juga ngga ada cerita orang atau kendaraan ketabrak kereta, mungkin saat itu rata-rata orang masih sopan dan ‘tau diri’ (tau dimana harus berdiri..he..he..!!).

Pokoknya..kita sangat bersyukur dapat kesempatan jadi anak jadul, bisa menikmati ‘aslinya Depok’, bisa naik oplet tanpa takut dihipnotis, bisa naik kereta bebas copet, dan bisa ketemu ‘Orang Depok Asli’ yang cepet akrab, seneng ngobrol, sederhana, agamis, menjunjung tinggi kejujuran, dan selalu menerima ‘pendatang’ sebagai saudara yang dihormati.

Dua puluh tahun kemudian…!!

Saya kembali ke Depok.., dan saya sekeluarga jadi penduduk Depok. Sampai saat ini saya sudah delapan tahun tinggal di Depok, dan selama itu juga saya kehilangan ‘Depok’ saya yang dulu.

Kalau dulu, begitu masuk daerah Lenteng Agung langsung terasa suasana ‘pedesaan/luar kota’, sedangkan sekarang saya susah membedakan yang mana Jakarta, yang mana Depok. Sama padetnya, sama macetnya, sama cueknya, sama nggak perduli lingkungannya, dan yang paling ‘menakjubkan’ sama-sama banyak jalan sempit/gang dan tata ruang semrawut yang nyata-nyata menjadi bukti bahwa ‘kita’ tidak pernah mampu belajar dari pengalaman.

Seperti juga kota-kota satelit Jakarta lainnya baik Bekasi, atau Tangerang, Depok tumbuh berkembang pesat dengan pola ‘fotocopy’ Jakarta tempo doeloe, dari ‘kampung’ menjadi ‘kota’ tanpa konsep tata ruang yang jelas. Sekarang ini memang ‘pusat kota’ Depok adalah Jalan Margonda Raya, sama seperti Jakarta dulu ‘Sudirman-Thamrin’ dan ‘Gajahmada-Hayamwuruk’. Dalam beberapa tahun lagi pusat kota yang semrawut itu akan menjalar kearah Citayam diselatan, Jalan Juanda, dst…dst. Hingga proses paling bodoh dalam pengelolaan tata ruang suatu wilayah yaitu ‘penggusuran’ pasti akan terjadi di Depok maupun kota-kota lain yang ternyata ditata oleh orang-orang yang tidak tertata.

Saya sungguh tidak mengerti bagaimana suatu wilayah yang tadinya kosong dan masih sangat mudah untuk ditata seperti ‘Depok 28 Tahun yang lalu’, kemudian berhasil sangat sukses meniru kesemrawutan Jakarta. Sementara semua yang tadinya merasa paling berwenang mengatur-atur kemudian jadi pemain basket yang handal dan ahli ‘melempar bola’ tanggung jawab kepihak lain.

Sampai saat ini, satu-satunya yang membuat saya merasakan adanya perbedaan antara Depok dan Jakarta ya…cuma satu yaitu status ‘Banjir’. Nggak beda jauh sih..!! Depok bagian ‘ngirim’ dan Jakarta bagian ‘nerima’…he…he..!!. Tapi..percayalah, jangan bangga dulu jadi ‘pengirim’ karena dengan pola ‘salah urus’ yang sama dengan Jakarta saat ini, maka suatu saat yang tidak terlalu lama lagi kita juga bisa berubah status menjadi ‘penerima’ bersama-sama dengan Jakarta.

Pada dasarnya ‘Depok’ seharusnya adalah daerah resapan  bagi Jakarta, sehingga konsep tata ruangnya harus mengutamakan ruang terbuka hijau. Tetapi fakta membuktikan bahwa perkembangan pembangunan segala jenis property seperti perumahan dan pusat pertokoan yang kurang ramah lingkungan tercatat paling pesat terjadi di ‘Depok’ dibanding wilayah lain seputar Jakarta. Semua ‘perusahaan’ pengembang perumahan di sekitar Depok selalu menjual ‘gimmick’ nuansa ‘alami’/’asri’ / ‘hijau’ / ‘berhawa segar’ / ‘bebas kemacetan (lewat udara)’ / ‘lingkungan tertata’, dst.

Benarkah semua cerita ‘alami asri hijau berhawa segar bebas macet dan lingkungan tertata’ itu akan bisa bertahan sampai ke anak-anak….. kita ? (mau nyebutin cucu juga..tapi lebih nggak yakin..lagi??). Mungkin saat ini benar adanya kalau suatu lingkungan perumahan yang dibangun pengembang ‘terpercaya’ bisa tertata dan asri, tetapi seperti yang telah mulai dirasakan oleh banyak penghuni komplek perumahan di Depok dan sekitarnya, tertata dan asri hanya dapat dirasakan sampai ke gerbang komplek, sedangkan selanjutnya ‘terserah’ anda alias IDL BUG ( Itu Derita Loe Bukan Urusan Gue…he…he..!).

Herannya, tanpa memperhatikan daya dukung / kapasitas ruas jalan yang ada di Depok (yang ‘sumpeh lu’ kagak nambah-nambah), yang ‘poenya koeasa van Depok’  dengan semena-mena menerapkan semangat ‘reformasi menang sendiri’ dengan ‘menabur ijin menuai komisi’ sehingga terbukti mulai berhasil menyaingi prestasi Jakarta dalam ‘memacetkan’ jalan dan menyesakkan dada ‘warga yang katanya dilayani dan dicintainya’.

Sesuai dengan pernyataan bersama saat PILKADA dulu, ‘Yang Poenya Koeasa Van Depok’ telah berikrar untuk ‘Siap Menang Siap Kenyang’, maka harap dimaklumi rumus bahwa untuk bisa ‘kenyang’ tentu wajib ‘makan’ sehingga sudah berlaku menjadi ‘Sunnah mu’akkad’ untuk ‘memakan’ apa saja yang bisa ‘dimakan’ agar tidak mengalami ‘rawan pangan’ apalagi harus bayar ‘hutang’ politik kepada ‘rekanan dan kawan-kawan’.

Jadi kita harus bagaimana..??, jadi kita harus bilang apa…??, Jadi kira-kira apa solusinya..??. Karena jelas-jelas segala ‘demo’ tidak ada gunanya..!!

Kalau kita ‘demo’ mogok makan, tentu ‘beliaoe’ nya tidak akan mau ikutan..!!. Kalau kita ‘demo’ mogok bicara tentu ‘beliaoe’ akan lebih tenang dan nyenyak tidurnya.., adapoen kalo kita ‘demo’ teriak-teriak, paling-paling akan dapat ancaman ‘segera ditindak’, lha..kalo kita ‘demo’ dengan melakukan upaya ‘swadaya warga’ maka ‘beliaoenya’  menolak mbantu biaya karena tidak ada dalam ‘rencana’.

Lha… terus kita kudu pegimana..? apa iya kudu bengong bae’ ?, apa mesti justru para warga sadayana yang harus ‘Tut Wuri Handayani’ kepada ‘Pengoeasa Van Depok’ seperti jaman ‘Hindia Holandia’

Nee…!! Nee..!!! Nee…!!!, makanya daripada itulah, mohon kepada para Sahabat semua yang poenya solusi atawa oesoelan, atawa uneg-uneg, atawa omel-omel, atawa terima nasib sahaja, sila-sila beri ‘comment’ laah..! sambil tetap gencar memanjatkan do’a agar ‘semoea yang merasa berkoeasa van Depok’ ini segera kembali toemboeh noeraninya, kembali ‘normal’ pendengaran dan penglihatannya, serta kembali ‘loeroes’ tujuan niatnya. Amiin.
Seeing Stars

Posted in Depok, Khusus Depok, sekitar, Yang Umum | Tagged: , , , , , , , | 2 Comments »